LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA
IKLIM KERJA
![]() |
BAGUS INDRA ADI WINARNO
6510040037
Kelompok 3
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengna Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja, Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Peraturan tersebut tempat kerja memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan suatu kecelakaan atau penyakit, baik yang bersifat langsung maupun secara continue.
Suatu tempat kerja yang nyaman dapat meningkatkan gairah kerja, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kerja. Sedangkan tempat kerja yang tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan bertambahnya beban kerja.
Kenyamanan dari suatu tempat kerja di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah iklim kerja. Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011). Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu yang lama maka pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktifitas dan efisiensi kerja.
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya merupakan salah satu sarana pendidikan yang juga memiliki tempat kerja. Contoh tempa kerja yang ada di PPNS adalah bengkel pengelasan, bengkel perkakas, bengkel konstruksi dan laboraturium reparasi listrik. Untuk mengetahui kualitas tempat kerja tersebut maka perlu dilakukan pengukuran lingkungan kerja. Pengukuran lingkungan kerja tersebut berupa penentuan ISBB (Indeks Suhu Bola Basah) suatu tempat kerja, yang diadopsi dari WBGT (Wet Bulb glode temperature Index) yang dilaukan oleh ACGIH (American Conference of Govermental Industrial). Selain untuk mengetahui ISBB, kita juga akan mengukur Rh (Relative Humidity) atau kelembaban relatif dari kerja tersebut. Hal ini yang mendasari praktikum kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari praktikum ini dalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran iklim kerja dengan menggunakan weather instrument ?
2. Bagaimna hasil analisis yang diperoleh dari pengukuran iklim kerja ?
3. Bagaimna kondisi iklim kerja di Bengkel Pengelasan dan Bengkel Perkakas PPNS-ITS ?
4. Rekomendasi apa yang sesuai dengan tempat kerja ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran iklim kerja dengan menggunakan weather instrument.
2. Mahasiswa mampu melakukan analisis hasil pengukuran.
3. Mahasiswa mengetahui kondisi iklim kerja di Bengkel Pengelasan dan Bengkel Perkakas PPNS-ITS.
4. Mengetahui rekomendasi apa yang sesuai dengan tempat kerja.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum ini dalah bengkel Pengelasan dan Bengkel Perkakas PPNS-ITS yaitu sebagai tempat pengukuran. Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah Thermocouple yang dapat membaca suhu kering, suhu bola, suhu basah dan Rh. Waktu pengukuran dilakukan pada hari Senin, 27 Februari 2012, pukul 07.00 – 10.25 WIB
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Iklim Kerja
Dasar dari praktikum ini adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja dan ACGIH (American Conference of Govermental Industrial Hygienists) Tahun 2005.
Iklim kerja adalah faktor-faktor thermis dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya antara 36 °C – 37 °C dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui konduksi, konveksi, dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat menaikan suhu tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu tetap stabil.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah suhu panas atau dingin yang berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara diluar ruangan. Apabila tubuh tidak mampu beradaptasi dengan suhu ekstrim, maka akan timbul gangguan kesehatan.
Beberapa istilah yang harus dipahami :
1. Temperatur suhu kering, T ( oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan terbuka, namun hasil pembacaan tidak terlalu tepat karena ada pengaruh radiasi panas, kecuali jika sensornya mendapat ventilasi yang baik
2. Temperatur suhu basah, T (oC)
Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah dibalut dengan kain / kapas untuk menghilangkan pengaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara yang melewati sensor minimal 5 m/s.
3. Kelembaban relative, Q (%)
Kelembaban relative adalah perbandingan antara tekanan parsial uap air yang ada di dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada temperature yang sama
Setelah pembacaan suhu kering dan suhu basah dilakukan, gunakan chart psikrometri/ diagram posikrometri untuk menganalisa hasil pengukuran. Kemudian bandingkan dengan rumus.
Setelah melakukan pembacaan pada table psikrometric, dilakukan analisa ISBB terhadap hasil pengukuran.
Tabel 2.1 Lampiran PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Kimia ditempat kerja dimana ISBB yang diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap jam | ISBB (0C) | ||
Beban kerja | |||
Ringan | sedang | Berat | |
75% - 100 % | 30,0 | 28,0 | - |
50 % - 75% | 30,6 | 28.0 | 27,5 |
25 % - 50% | 32,0 | 29,0 | 29,0 |
0 % - 25 % | 32,2 | 31.1 | 30,5 |
(Sumber : PER.13/MEN/X/2011)
|
…….. (2.1)
ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi :
|
Catatan :
· Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
· Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
· Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
(Sumber : SNI – 7063, 2004)
Rumus menghitung kalori perjam :
BB x kkal / jam / kg BB ………………………………………….. (2.3)
Untuk mengetahui paparan radiasi WBGT pada waktu tempat / ruangan dangan waktu kerja tertentu yang disesuaikan dangan NAB. Agar mengetahui diperkenankan atau tidaknya pekerjaan, maka dapat dilihat pada table 2.2
Tabel 2.2 Paparan panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT dalam 0C)
Work demands | Acclimatized | Unacclimatized | ||||||
Light | Moderate | Heavy | Very heavy | Light | Moderate | Heavy | Very heavy | |
100% work | 29.5 | 27.5 | 26 | - | 27.5 | 25 | 22.5 | - |
75% work, 25% rest | 30.5 | 28.5 | 27.5 | - | 29 | 26.5 | 24.5 | - |
50% work, 50% rest | 31.5 | 29.5 | 28.5 | 27.5 | 30 | 28 | 26.5 | 25 |
25% rest, 75% work | 32.5 | 31 | 30 | 29.5 | 31 | 29 | 28 | 26.5 |
(Sumber: ACGIH, 2005)
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas) dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi :
1. Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
2. Jenis pekerjaan sedang, WBGTI 26,7˚C
3. Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C
Catatan:
1. Nilai pada tabel diatas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25 % istirahat untuk kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik.
2.3 Tabel kategori beban kerja dengan kategori tingkat metabolisme
Kategori | Jenis aktivitas |
Resting | Duduk dengan tenang |
Duduk dengan sedikit gerakan lengan | |
Light | Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki |
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau meja serta banyak gerakan lengan | |
Menggunakan gergaji meja (table saw) | |
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin atau meja serta sedikit berjalan | |
Moderate | Menggosok/menyikat dengan posisi berdiri |
Berjalan dengan mengangkat atau menekan dengan beban sedang | |
Berjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg | |
Heavy | Menggergaji dengan tangan |
Menyekop pasir kering | |
Pekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak terus-menerus | |
Sebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau menekan beban yang berat | |
Very Heavy | Menyekop pasir basah |
(Sumber: ACGIH, 2005)
2.2 Pengendalian Iklim Kerja Tinggi
Pengendalian heat stress dan heat strain dipusatkan disekitar penyebab dari heat stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini memerlukan :
1. Pengendalian secara umum
ü Training (pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala (periodik).
ü Pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dikasud adalah tindakan-tindakan yang diambil oleh perorangan untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh panas. Termasuk pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene adalah :
1. Pengandalian cairan
2. Aklimatisasi
3. Self determination
Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana tenaga kerja menghindari terhadap cuaca panas apabila ia sudah merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.
4. Diet
5. Makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat berlebihan tidak dianjurkan karena akan menahan cairan melalui ginjal atau keringat.
6. Gaya hidup dan status kesehatan
7. Pakaian kerja
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan yang mudah menyerap keringat seperti : bahan yang terbuat dari katun, sehingga penguapan mudah terjadi.
2. Pengendalian secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
1. Pengendalian secara teknis
Cara ini mencakup :
a). Mengurangi beban kerja
b). Menurunkan suhu udara
(Bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja mendapat tambahan pans secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah 90˚F (32˚C), maka ada pelepasan panas dari tubuh secara nyata. Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan secara aktif).
c). Menurunkan kelembaban udara.
(Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan kecepatan penguapan dengan pendinginan).
d). Menurunkan panas radiasi.
(Bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas radiasi merupakan sumber tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya lembaran logam atau permuakaan benda yang dapat digunakan sebagai perisai sangat banyak, untuk mengetahui daftar logam atau permuakaan benda yang padat digunakan sebagai perisai.
2. Pengendalian secara administratif
Adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya untuk membatasi resiko pemajanan.
3. Perlindungan perorangan
Adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan (setiap pekerja). Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan terutama berupa suatu pakaian pendingin, namun juga dapat termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi dalam lingkungan tempat kerja panas.
Tabel 2.4 Macam-Macam Bahan Yang Dapat Digunakan Sebagai Tabir Terhadap Panas Radiasi.
Relative efficiencies of common shielding material | ||
Sarface of shielding | Relation of radiont heat incident upon sarface(%) | Emission of radiant heat from surface |
Aluminium,bright Zinc,bright Al, oxidized Zn, oxidized Al, paint, new clean Iron, clea, oxidized Brick Laquer, black Asbestos, board Lawuer, flat black | 95 % 90 % 84 % 73 % 65 % 35 % 20 % 10 % 6 % 3 % | 5 % 10 % 16 % 27 % 35 % 65 % 80 % 90 % 94 % 97 % |
(Sumber : Soeripto, 2008)
2.3Perhitungan Beban Kerja dan Rh
Untuk menentukan kebutuhan kalori per jam menurut aktivitasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9 dengan menghitung kebutuhan kalori, maka hasilnya akan dihubungkan dengan kondisi beban kerja pada pekerja. Dan untuk menentukan Rh melalui perhitungan, dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.5. Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas
No. | Jenis Aktivitas | Kilo kalori/jam/kg Berat badan |
1 | Tidur | 0,98 |
2 | Duduk dalam keadaan istirahat | 1,43 |
3 | Membaca dengan intonasi keras | 1,50 |
4 | Berdiri dalam keadaan tenang | 1,50 |
5 | Menjahit dengan tangan | 1,59 |
6 | Berdiri dengan konsentrasi terhadap sesuatu objek | 1,63 |
7 | Berpakaian | 1,69 |
8 | Menyanyi | 1,74 |
9 | Menjahit dengan mesin | 1,93 |
10 | Mengetik | 2,00 |
11 | Menyetrika (berat setrika ± 2,5 kg) | 2,06 |
12 | Mencuci peralatan dapur | 2,06 |
13 | Menyapu lantai dengan kecepatan ± 38 kali per menit | 2,41 |
14 | Menjilid buku | 2,43 |
15 | Pelatihan ringan (light exercise) | 2,43 |
16 | Jalan ringan dengan kecepatan ± 3,9 km/jam | 2,86 |
17 | Pekerjaan kayu, logam dan pengecatan dalam industri | 3,43 |
18 | Pelatihan sedang (moderate exercise) | 4,14 |
19 | Jalan agak cepat dengan kecepatan ± 5,6 km/jam | 4,28 |
20 | Jalan turun tangga | 5,20 |
21 | Pekerjaan tukang batu | 5,71 |
22 | Pelatihan berat (heavy exercise) | 6,43 |
23 | Penggergajian kayu secara manual | 6,86 |
24 | Berenang | 7,14 |
25 | Lari dengan kecepatan ± 8 km/jam | 8,14 |
26 | Pelatihansangat berat (very heavy exercise) | 8,57 |
27 | Berjalan sangat cepat dengan kecepatan ± 8 km/jam | 9,28 |
28 | Jalan naik tangga | 15,80 |
(Sumber : Soeripto, 2008)
Tabel 2.6. Perbandingan Rh dengan Temperatur


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sistematika Penelitian
Latar Belakang |
Banyaknya sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja yang sangat beragam satu satunya adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja panas |

Rumusan Masalah |
1. Berapakah indexs suhu bola basah dan kelembaban relative pada bengkel perkakas dan bengkel pengelasan di PPNS ? 2. Bagaimanakah keadaan iklim kerja pada bengkel perkakass dan bengkel pengelasan menurut PER.13/MEN/X/2011? 3. Rekomendasi apa yang sesuai dengan tempat kerja tersebut ? |
![]() |

![]() | ![]() |
DATA SEKUNDER |
§ Berat Badan § Jumlah kalori yang dibutuhkan § Lama waktu kerja dan istirahat |
DATA PRIMER |
§ Suhu Bola § Suhu Basah § Suhu Kering § ISBB § Rh |

Analisis dan Pembahasan Melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh |

Kesimpulan dan Saran |
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini disebut dengan weather instrument/thermocouple. Kalibrasi diperlukan untuk meyakinkan bahwa alat dalam keadaan baik dan dapat menghasilkan pengukuran yang akurat.

Gambar 3.1 weather instrument thermocouple
Sumber : http://www.google.com/images/thermocouple.com (diunduh 2011)
3.3 Bagian-bagian
Alat yang digunakan dalam pengukuran iklim kerja adalah weather instrument/thermocouple, adapun bagian-bagian dari weather instrument/thermocouple, sebagai berikut :
1. Display
2. Tombol on / off untuk mengaktifkan.
3. Tombol light untuk membuat display menyala bila diperlukan
4. Tombol hold untuk menahan hasil pembacaan.
Thermocouple dipakai sebagai sensor untuk mengukur suhu kering maupun suhu basah.
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur penggunaan weather instrument/thermocouple adalah sebagai berikut:
1. Ubahlah power on/off pada posisi “ON”
2. Pilih satuan suhu yang akan dipakai sebagai acuan (bisa dalam bentuk C/F)
3. Lakukan pengukuran suhu pada sasaran ukur
· Suhu kering
Letakkan thermocouple pada tempat yang akan dikur, biarkan beberapa saat sampai suhu kering terbaca oleh thermometer. Kemudian catat hasil pengukuran
· Suhu basah
Letakkan thermocouple yang ujungnya telah ditutup dengan kapas/kain basah pada tempat yang akan dikur, biarkan beberapa saat sampai suhu basah terbaca oleh thermometer. Kemudian catat hasil pengukuran.
3.5 Safety Consideration
Pada praktikum ini diperlukan adanya penggunaan alat pelindung diri (APD) yaitu safety helmet, safety google, respirator, safet shoes. Penggunaan safety helmet dimaksudkan untuk mencegah terjadinya cidera pada kepala yang diakibatkan oleh kejatuhan benda maupun hal lain yang dapat mencederai kepala. Selanjutnya safety google digunakan untuk melindungi mata untuk mencegah masuknya gram-gram yang dihasilkan dari proses bubut dan sebagainya. Sedangkan respirator digunakan untuk membantu pernafasan pada saat bernafas di tempat yang mengandung bahan kimia contohnya di tempat bengkel las. Untuk melindungi kaki kita khususnya jari-jari dan telapak kaki perlu menggunakan safety shoes untuk mencegah terjadinya cidera pada jari-jari kaki.




















BAB IV
ANALISI DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan di Bengkel Pengelasan
1. Lokasi Pengukuran : Bengkel Pengelasan
2. Alat yang digunakan : Weather Instrument/Thermocouple
3. Tanggal Percobaan : 26 Februari 2012
4. Waktu Percobaan : 08.20 WIB – 08.50 WIB
Pengukuran lingkungan kerja ini dilakukan pada empat titik yaitu pada pintu, ventilasi, tiga tempat kerumunan massa yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pada setiap titik dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan agar hasil pengukuran lebih akurat. Hasil pengukuran terangkum pada table 4.1

Gambar 4.1 Denah Pengukuran pada Bengkel Pengelasan
(Sumber : pengamatan secara langsung)
Keterangan :
A = Pintu utama D = Meja pengelasan
B = Meja pengelasan E = Bilik pengelasan
C = Bilik tempat pengelasan F = Meja besi tempat las
Tabel 4.1 Pengukuran di Bengkel Pengelasan
Lokasi Pengukuran (titik) | Suhu Basah (°C) | Suhu Kering (°C) | Suhu Bola (°C) | WBGT ISBB (°C) | Rh (%) | Keterangan |
1. Pintu | 26,2 | 29.4 | 30.7 | 27,60 | 76 | Indoor |
26.0 | 29.8 | 30.9 | 27,50 | 71 | Indoor | |
25,9 | 29.9 | 30.8 | 27,40 | 69 | Indoor | |
2. Ventilasi | 26.0 | 29.5 | 30,8 | 27,60 | 72 | Indoor |
25.9 | 29.8 | 30.9 | 27,40 | 70 | Indoor | |
26.0 | 29.9 | 31,0 | 27,40 | 70 | Indoor | |
3. Kerumunan I | 26.2 | 29.6 | 31,1 | 27,60 | 73 | Indoor |
26.0 | 29.8 | 30.9 | 27,40 | 70 | Indoor | |
26.0 | 29.9 | 30.8 | 27,40 | 69 | Indoor | |
4. Kerumuman II | 26,0 | 29.7 | 31,1 | 27,60 | 73 | Indoor |
26.3 | 30.1 | 30.8 | 27,70 | 70 | Indoor | |
26.4 | 30.1 | 30.9 | 27,70 | 70 | Indoor | |
5. Kerumunan III | 26,0 | 29.8 | 31,0 | 27,50 | 71 | Indoor |
25.8 | 29.8 | 30.8 | 27,40 | 70 | Indoor | |
26.3 | 29.9 | 30,8 | 27,70 | 72 | Indoor |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
Ø
Keterangan : Data terbesar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan.

Dari data diatas, diperoleh data hasil pengukuran ISBB di bengkel pengelasan PPNS-ITS. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan ISBB secara manual untuk dibandingkan sebagai nilai ISBB yang terbaca pada alat Weather Instrument/Thermocouple. Berikut adalah hasil perhitungan ISBB dan Rh pada bengkel pengelasan.
1. Perhitungan ISBB
Perhitungan ISBB dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
ISBB = 0.7 Suhu basah alami + 0.3 Suhu bola
Berikut adalah hasil perhitungan ISBB pada bengkel Pengelasan PPNS-ITS
Ø Titik Pengukuran 1 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 . 26,2 °C + 0,3 . 30,7 °C
= 27,55 °C
ISBB perhitungan sebesar 27,55 °C
ISBB yang terbaca pada alat sebesar 27,60 °C
Ø Titik Pengukuran 2 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7. 26,0 °C + 0,3 . 30,8 °C
= 27,44 °C
ISBB perhitungan sebesar 27,44 °C
ISBB yang terbaca pada alat adalah 27,60 °C
Ø Titik Pengukuran 3 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 . 26,2 °C + 0,3 . 31,1 °C
= 27,67 °C
ISBB perhitungan sebesar 27,67 °C
ISBB yang terbaca pada alat adalah 27,60 °C
Ø Titik Pengukuran 4 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7. 26,4 °C + 0,3 . 30,9 °C
= 27,75°C
ISBB perhitungan sebesar 27,75°C
ISBB yang terbaca pada alat adalah 27,70 °C
Ø Titik Pengukuran 5 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7. 26,3 °C + 0,3 . 30,8 °C
= 27,65 °C
ISBB perhitungan sebesar 27,65°C
ISBB yang terbaca pada alat adalah 27,70 °C
2. Perhitungan Rh
Rh menurut perhitungan dapat dilihat dari data Tabel 4.1.,data suhu kering, dan data suhu basah. Kemudian dimasukkan ke dalam rumus dan kemudian mencocokkan dengan tabel Psychometric Chart. Berikut adalah hasil perhitungan Rh pada bengkel pengelasan.
Ø Titik Pengukuran I
t = 29,4 °C
T = 26,2 °C
t - T = 29,4 °C - 26,2 °C
= 3,2 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat 76 %
Ø Titik pengukuran II
t = 29,5 °C
T = 26,0 °C
t - T = 29,5 °C -26,0 °C
= 3,5 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat 72%
Ø Titik Pengukuran III
t = 29,6 °C
T = 26,2 °C
t - T = 29,6 °C – 26,2 °C
= 3,4 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat 73 %
Ø Titik Pengukuran 4
t = 30,1 °C
T = 26,4 °C
t – T = 30,1 °C - 26,4 °C
= 3,7 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 73 - X
X = 73 %
Rh perhitungan adalah sebesar 73 %
Rh yang terbaca pada alat 70 %
Ø Titik Pengukuran 5
t = 29,9 °C
T = 26,3 °C
t - T = 29,9 °C - 26,3 °C
= 3,6 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat 72 %
4.2 Hasil Pengukuran dan Perhitungan di Bengkel Perkakas
1. Lokasi Pengukuran : Bengkel Perkakas
2. Alat yand digunakan : Weather Instrument/Thermocouple
3. Tanggal Percobaan : 26 Februari 2012
4. Waktu Percobaan : 08.20 WIB – 08.50 WIB
Pengukuran lingkungan kerja ini dilakukan pada empat titik yaitu pada pintu, ventilasi, tiga tempat kerumunan massa yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. Pada setiap titik dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan agar hasil pengukuran lebih akurat. Hasil pengukuran terangkum pada table 4.2

Gambar 4.2 Denah Pengukuran pada Bengkel Perkakas
(Sumber : pengamatan secara langsung)
Keterangan :
A = Pintu utama
B = Meja kikir
C = Mesin
D = Mesin Scrub
E = Meja las
F = Mesin CNC
Tabel 4.2 Pengukuran di Bengkel Perkakas
Lokasi Pengukuran (titik) | Suhu Basah (°C) | Suhu Kering (°C) | Suhu Bola (°C) | WBGT ISBB (°C) | Rh (%) | Keterangan |
1. Pintu | 25,7 | 29,4 | 32 | 27,7 | 69 | indoor |
26,5 | 29,6 | 31,5 | 28 | 70 | indoor | |
26,5 | 29,9 | 31,2 | 27,8 | 69 | indoor | |
2. Ventilasi | 27,2 | 30,5 | 31,3 | 27,5 | 75 | indoor |
27,3 | 30,6 | 31,3 | 27,9 | 73 | indoor | |
27,1 | 30,5 | 31,2 | 27,8 | 73 | indoor | |
3. Kerumunan I | 26,3 | 29,5 | 31,8 | 28 | 72 | indoor |
26,4 | 29,7 | 31,4 | 28 | 72 | indoor | |
26,5 | 30 | 31,1 | 27,9 | 71 | indoor | |
4. Kerumuman II | 26,4 | 29,6 | 31,6 | 27,9 | 71 | indoor |
26,5 | 29,8 | 31,3 | 27,9 | 71 | indoor | |
26,5 | 30 | 31,1 | 27,9 | 71 | indoor |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
Ø
Keterangan : Data terbesar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitingan.

1. Perhitungan ISBB
Perhitungan ISBB dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola
Berikut adalah hasil perhitungan ISBB pada bengkel perkakas PPNS-ITS
Ø Titik Pengukuran 1 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 . 26,5 °C + 0,3 . 31,5 °C
= 28,00 °C
ISBB perhitungan sebesar 28,00 °C
ISBB yang terbaca pada alat sebesar 28,00 °C
Ø Titik Pengukuran 2 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 . 26,4 °C + 0,3 . 31,6 °C
= 28,5 °C
ISBB perhitungan sebesar 28,50 °C
ISBB yang terbaca pada alat sebesar 27,90 °C
Ø Titik Pengukuran 3 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 . 26,3 °C + 0,3 . 31,8 °C
= 27,95 °C
ISBB perhitungan sebesar 27,95 °C
ISBB yang terbaca pada alat sebesar 28,00 °C
Ø Titik Pengukuran 4 = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 suhu bola
= 0,7 . 26,5 °C + 0,3 . 31,6 °C
= 27,96 °C
ISBB perhitungan sebesar 27,96 °C
ISBB yang terbaca pada alat sebesar 27,90 °C
2. Perhitungan Rh
Rh menurut perhitungan dapat dilihat dari data Tabel 4.2.,data suhu kering, dan data duhu basah. Kemudian dimasukkan ke dalam rumus dan kemudian mencocokkan dengan tabel Psychometric Chart. Berikut adalah hasil perhitungan Rh pada bengkel perkakas.
Ø Titik Pengukuran I
t = 29,6 °C
T = 26,5 °C
t – T = 29,6 °C - 26,5 °C
= 3,1 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat sebesar 70%
Ø Titik Pengukuran 2
t = 29,3 °C
T = 26,4 °C
t – T = 29,3 °C - 26,4 °C
= 2,9 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 79 - X
X = 79 %
Rh perhitungan adalah sebesar 79 %
Rh yang terbaca pada alat sebesar 67%
Ø Titik Pengukuran 3
t = 29,5 °C
T = 26,3 °C
t – T = 29,5 °C - 26,3 °C
= 3,2 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat sebesar 72%
Ø Titik Pengukuran 4
t = 29,6 °C
T = 26,4 °C
t – T = 29,6 °C - 26,4 °C
= 3,2 °C
Rh diperoleh dari interpolasi Tabel Psychometric Chart


0 = 76 - X
X = 76 %
Rh perhitungan adalah sebesar 76 %
Rh yang terbaca pada alat sebesar 71%
4.3 Perbandingan ISBB dan Rh Hasil Pengukuran dan Perhitungan
Dari data hasil pengukuran dan perhitungan ISBB dan Rh maka akan diketahui perbandingan dari ISBB dan Rh hasil pengukuran dan perhitungan seperti pada Tabel 4.3. Berikut
Tabel 4.3 ISBB dan Rh Hasil Pengukuran dan Perhitungan
Lokasi Pengukuran | Titik | ISBB Pengukuran (°C) | ISBB Perhitungan (°C) | Rh Pengukuran (%) | Rh Perhitungan (%) |
Bengkel Pengelasan | 1 | 27,6 | 27,55 | 76 | 76 |
2 | 27,6 | 27,44 | 72 | 76 | |
3 | 27,6 | 27,67 | 73 | 76 | |
4 | 27,7 | 27,75 | 70 | 73 | |
5 | 27,7 | 27,65 | 72 | 76 |
Lanjutan Tabel 4.3
Bengkel Perkakas | 1 | 28 | 28 | 70 | 76 |
2 | 27,9 | 28,5 | 67 | 79 | |
3 | 28 | 27,95 | 72 | 76 | |
4 | 27,9 | 27,96 | 71 | 76 |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
Dari Tabel 4.3. telah diketahui nilai ISBB dan Rh dari hasil perhitungan dan pengukuran, dari tabel tersebut, dapat diketahui selisih dari ISBB dan Rh dari pengukuran dan perhitungan. Selisih kedua data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5
Tabel 4.4 Selisih Hasil ISBB Pengukuran dan Perhitungan
Lokasi Pengukuran | Titik | ISBB Pengukuran | ISBB Perhitungan | Selisih |
Bengkel Pengelasan | 1 | 27,6 | 27,55 | 0,05 |
2 | 27,6 | 27,44 | 0,16 | |
3 | 27,6 | 27,67 | 0,07 | |
4 | 27,7 | 27,75 | 0,05 | |
5 | 27,7 | 27,65 | 0,05 | |
Bengkel Perkakas | 1 | 28 | 28 | 0 |
2 | 27,9 | 28,5 | 0,6 | |
3 | 28 | 27,95 | 0,05 | |
4 | 27,9 | 27,96 | 0,06 |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
Tabel 4.5 Selisih Nilai Rh Hasil Pengukuran dan Rh Hasil Perhitungan
Lokasi Pengukuran | Titik | Rh Pengukuran | Rh Perhitungan | Selisih % Rh |
Bengkel Pengelasan | 1 | 76 | 76 | 0 |
2 | 72 | 76 | 4 | |
3 | 73 | 76 | 3 | |
4 | 70 | 73 | 3 | |
5 | 72 | 76 | 4 | |
Bengkel Perkakas | 1 | 70 | 76 | 6 |
2 | 67 | 79 | 12 | |
3 | 72 | 76 | 4 | |
4 | 71 | 76 | 5 |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
4.4 Kebutuhan Karoli Per Jam
Dengan asumsi :
ü Berat badan pekerja dan pengamat adalah 60 kg
ü Bekerja selama 8 jam
ü Jenis aktivias pekerja adalah pelatihan sedang (modetare exersice)
ü Jenis aktivias pengamat adalah Berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek
1. Bengkel Pengelasan
Ø Pekerja
Pekerjaan : Pelatihan sedang (modetare exersice)
: 

: 

: 248,4 kkal / jam
Metabolisme Basal: 

: 

: 59,4 kkal / jam
Ø Pengamat
Pekerjaan : Berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek
: 

: 

: 97,8 kkal / jam
Metabolisme Basal: 

: 

: 120 kkal / jam
2. Bengkel Perkakas
Ø Pekerja
Pekerjaan : Pelatihan sedang (modetare exersice)
: 

: 

: 248,4 kkal / jam
Metabolisme Basal: 

: 

: 59,4 kkal / jam
Ø Pengamat
Pekerjaan : Berdiri dengan konsentrasi terhadap suatu objek
: 

: 

: 97,8 kkal / jam
Metabolisme Basal: 

: 

: 120 kkal / jam
Kebutuhan Total Kalori :
1. Bengkel Pengelasan
Ø Pekerja
: Beban Pekerjaan + Metabolisme Basah
:
+


: 307,8 kkal / jam
Kebutuhan kalori tersebut menurut PER.13/MEN/X/2011 tergolong beban kerja sedang.
Ø Pengamat
: Beban Pekerjaan + Metabolisme Basah
:
+


: 157,2 kkal / jam
Kebutuhan kalori tersebut menurut PER.13/MEN/X/2011 tergolong beban kerja ringan.
2. Bengkel Perkakas
Ø Pekerja
: Beban Pekerjaan + Metabolisme Basah
:
+


: 307,8 kkal / jam
Kebutuhan kalori tersebut menurut PER.13/MEN/X/2011 tergolong beban kerja sedang.
Ø Pengamat
: Beban Pekerjaan + Metabolisme Basah
:
+


: 157,2 kkal / jam
Kebutuhan kalori tersebut menurut PER.13/MEN/X/2011 tergolong beban kerja ringan.
Dari perbandingan ISBB hasil pengukuran dan perhitungan dan kalori yang dibutuhkan, dapat ditentukan apakah ISBB pada lokasi pengukuran memenuhi standar ISBB yang diperkenankan pada pekerja dan pengamat PER.13/MEN/X/2011 yang akan disajikan pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Perbandingan Antara ISBB (°C) Hasil Pengukuran dan ISBB Hasil Perhitungan dengan ISBB yang Diperkenankan pada Pekerja Menurut PER.13/MEN/X/2011
Lokasi Pengukuran | Titik | ISBB Hasil Pengukuran | ISBB Hasil Perhitungan | ISBB yang Diperkenankan | Keterangan |
Bengkel Pengelasan | 1 | 27,6 | 27,55 | 28,0 | Memenuhi |
2 | 27,6 | 27,44 | 28,0 | Memenuhi | |
3 | 27,6 | 27,67 | 28,0 | Memenuhi | |
4 | 27,7 | 27,75 | 28,0 | Memenuhi | |
5 | 27,7 | 27,65 | 28,0 | Memenuhi | |
Bengkel Perkakas | 1 | 28 | 28 | 29,0 | Memenuhi |
2 | 27,9 | 28,5 | 29,0 | Memenuhi | |
3 | 28 | 27,95 | 29,0 | Memenuhi | |
4 | 27,9 | 27,96 | 29,0 | Memenuhi |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
Tabel 4.7 Perbandingan Antara ISBB (°C) Hasil Pengukuran dan ISBB Hasil Perhitungan dengan ISBB yang Diperkenankan pada Pengamat Menurut PER.13/MEN/X/2011
Lokasi Pengukuran | Titik | ISBB Hasil Pengukuran | ISBB Hasil Perhitungan | ISBB yang Diperkenankan | Keterangan |
Bengkel Pengelasan | 1 | 27,6 | 27,55 | 31,0 | Memenuhi |
2 | 27,6 | 27,44 | 31,0 | Memenuhi |
Lanjutan Tabel 4.7
| 3 | 27,6 | 27,67 | 31,0 | Memenuhi |
4 | 27,7 | 27,75 | 31,0 | Memenuhi | |
5 | 27,7 | 27,65 | 31,0 | Memenuhi | |
Bengkel Perkakas | 1 | 28 | 28 | 31,0 | Memenuhi |
2 | 27,9 | 28,5 | 31,0 | Memenuhi | |
3 | 28 | 27,95 | 31,0 | Memenuhi | |
4 | 27,9 | 27,96 | 31,0 | Memenuhi |
(Sumber : Hasil Penghasilan Iklim Kerja, 26/02/2012)
Dari data 4.6 dan 4.7 diatas diketahui bahwa nilai ISBB hasil pengukuran maupun perhitungan telah memenuhi standatar ISBB yang diperkenankan PER.13/MEN/X/2011 baik untuk pekerja maupun pengamat di bengkel pengelasan dan di bengkel perkakas.
Penentuan tersebut sudah dipertimbangkan perbedaan beban kerja dan lama kerja dan istirahat. Pada bengkel pengelasan, beban kerja pada pekerja tergolong beban kerja sedang dan pekerja bekerja dengan 75 % - 100 % kerja.Sehingga ISBB yang dipergunakan adalah 28,0 °C. sedangkan pada bengkel perkakas, beban kerja pada pekerja tergolong beban kerja sedang dan pekerja bekerja dengan 50 % - 75 % kerjaistirahat. Sehingga ISBB yang diperkenankan adalah 29,0 °C.
Penentuan ISBB yang diperkenankan juga berlaku pada pengamat. Beban kerja pengamat pada pengamatan ada ketiga termasuk dalam beban kerja ringan dan pengamat bekerja dengan 50 % - 75 % kerja. Sehingga ISBB yang diperkenankan untuk kedua lokasi pengamatan adalah 31,0 %
Meskipun kedua lokasi pengamatan tersebut masih berada pada ISBB yang diperkenankan, pengendalian terkait iklim kerja tetap harus dilakukan agar memperoleh kwalitas ISBB yang baik. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan produktifitas pekerja dan mencegah pekerja dari penyakit yang disebabkan oleh faktor iklim kerja.
Rekomendasi peningkatan kwalitas iklim kerja pada bengkel pengelasan dan bengkel perkakas relatif sama yakni tentang ventilasi baik ventilasi alami maupun mekanis. Pada saat pengamatan terlihat beberapa ventilasi yang tidak terbuka secara penuh. Rekomendasinya adalah pemaksimalan system ventilasi dengan caa membuka secara penuh ventilasi, baik jendela maupun pintu. Pembukaan ventilasi secara penuh harus dipertahankan dari pekerja mulai bekerja sampai aktifitas di bengkel tersebut selesai. Selain itu ventilasi mekanis seperti blower juga harus difungsikan sengan baik dan dijaga agar tetap bekerja dengan baik untuk menurunkan suhu ruangan tersebut. Pada kedua bengkel tersebut tidak terdapat kipas angin. Seharusnya kipas angina diadakan agar dapat menurunkan suhu ruangan pada bengkel pengelasan dan perkakas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ISBB pada bengkel pengelasan adalah 27,75 °C dengan Rh sebesar 73 %, sedangkan pada bengkel perkakas ISBBnya sebesar 28,5 °C dengan Rh sebesar 79 %.
Dari data tersebut, maka pada bengkel pengelasan dan bengkel perkakas masih berada pada ISBB yang diperkenankan menurut PER.13/MEN/X/2011. Ini berarti, bahwa ISBB pada kedua lokasi tersebut aman dalam konteks iklim kerja.
Meskipun demikian, tetap perlu adanya pengendalian terhadap iklim kerja terkait dengan ISBB dengan cara pemaksimalan ventilasi alami, pengadaan atau pemaksimalan ventilasi mekanis, seperti kipas angin dan blower.
5.2 Saran
Pada setiap bengkel tersebut harus dilakukan controlling guna mengantisipasi adanya nilai iklim kerja yang melebihi NAB. Adapun controlling yang perlu dilakukan yaitu adanya pergantian shift kerja, pemberian gizi / kalori sesuai dengan aktivitas pekerja, serta pemberian ventilasi yang cukup supaya pertukaran udara di setiap bengkel tersebut maksimal. Di samping itu harus mengkalibrasi alat weather instrument/Thermocouple tersebut sesuai dengan standart operasional prosedur yaitu dua tahun sekali, dengan tujuan ketepatan pengukuran lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
ACGIH, 2005. Threshold Limit Velue fo Physical dan Chemical Substance and Exposure Indices, ACGIH-USA
BSN, 2004 SNI 16-7061, 2004 Tentang Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola
Depnakertrans RI. 2011. PER.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Depnakertrans RI. Jakarta Indonesia.
http://arekteknik.com/laporan-praktikum-iklim-kerja.html (diunduh tanggal 25 Februari 2012)
http://www.google.com/images/thermocouple.com (diunduh 2011)
http://www.novalynx.com/ (diunduh tanggal 10 Maret 2012)
Khairansyah, M. D., Natalia, D., Priyatmono, A.2011. Laporan Resmi Praktikum Lingkungan Kerja. PPNS-ITS
Soeripto , M . 2008. Hygiene Industri. Balai penerbit FKUI : Jakarta